Oleh : Ferry Kurniawan
Ini hanya sebuah cerita, sekedar kisah yang muncul dari sedikit kebingungan pribadi (walaupun bukan kegalauan hehehe) tentang susahnya menemukan komunitas yang diminati.
Berkaitan dengan tujuan dari pembentukan komunitas tersebut saya menemukan sebuah pemikiran yang timbul dari realita yang ada. Pemikiran apakah itu?
ya saya menemukan adanya sedikit "gap" atau celah dari tujuan pembentukan komunitas yang ada sekarang dengan tujuan komunitas yang sebenarnya. lebih jelasnya lagi, saya menemukan beberapa (tidak berani menyebut banyak karena belum ada penelitian resmi) komunitas yang telah dibentuk malah menjadikan komunitas tersebut sebagai bentuk pengeksklusifan diri (wah, apalagi ini?)
Yang saya maksud dengan pengeksklusifan diri adalah mengkhususkan diri, artinya komunitas tersebut dibentuk untuk orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu yang sangat khusus sehingga sangat menyulitkan orang-orang untuk bergabung bahkan terkesan memang bukan untuk umum. lantas apakah itu salah? saya rasa tidak bisa juga dikatakan salah.
akan tetapi, hal tersebut membentuk sebuah kontradiksi antara pengertian dan tujuan komunitas yang seharusnya. Dimana sebuah komunitas seharus nya menghimpun anggota-anggota yang berminat dan mau belajar menjadi sebuah komunitas yang menuntut calon anggota memenuhi syarat-syarat tertentu tanpa melihat minat atau pun keinginan baik dari calon anggota tersebut.
akan tetapi, hal tersebut membentuk sebuah kontradiksi antara pengertian dan tujuan komunitas yang seharusnya. Dimana sebuah komunitas seharus nya menghimpun anggota-anggota yang berminat dan mau belajar menjadi sebuah komunitas yang menuntut calon anggota memenuhi syarat-syarat tertentu tanpa melihat minat atau pun keinginan baik dari calon anggota tersebut.
dan hasilnya terbentuklah sebuah komunitas yang menjadikan adanya sifat diskriminatif dengan komunitas yang lainnya atau pun non-komunitas.
Entah benar atau tidak (butuh penelitian lebih lanjut), hal tersebut mungkin menjadi salah satu penyebab kemunduran dari beberapa komunitas yang telah ada, bahkan ada beberapa komunitas yang tidak terdengar gaungnya dan cenderung susah ditemukan keberadaannya (menghilang). Di samping penyebab-penyebab lainnya misalnya kurang aktif dan kreatif nya anggota komunitas tersebut, memang kurangnya peminat dari komunitas tersebut.
Disamping adanya fenomena tentang tenggelamnya eksistensi (baik dari jumlah anggota, kegiatan atau pun popularitas) dari beberapa komunitas tersebut. terdapat juga komunitas yang justru maju, populer. sarat akan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan mendapatkan prestasi yang bagus dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua orang yang mempunyai minat dan tujuan yang sama untuk bergabung dan mengembangkan diri. contoh nya komunitas ontel, gowes atau apalah sebutannya.sejak munculnya komunitas bersepeda ini muncul, kegiatan bersepeda menjadi populer di Indonesia. bahkan dibeberapa kota sudah sering mengadakan "car free day" (bebas kendaraan bermotor) dengan menggantikannya dengan bersepeda. contohnya di Jakarta atau di kota tempat saya tinggal sekarang, Palembang (hehehehe). kegiatan tersebut tentunya sangat bermanfaatkan selain berolah raga dan mengembangkan hobi atau sekedar gaya-gayaan, tapi juga bisa sekalian turut berperan mengurangi polusi.
atau contoh lainnya, ada beberapa komunitas yang berhasil memecahkan masalah bersama-sama dengan anggota-anggotanya. masih ingatkah Anda dengan munculnya kasus "bakso tikus" yang menyebabkan hampir seluruh pengusaha dan pedagang bakso menderita kerugian karena berkurangnya konsumen. nah pada kasus tersebut pengusaha dan pedagang bakso bersatu dengan komunitas nya "paguyuban" nya meyakinkan pemerintah dan konsumen bahwa bakso yang mereka buat asli dan mampu mendapatkan sertifikat "halal". dan hasilnya sampai sekarang usaha bakso dan konsumen nya meningkat kembali. Begitu terlihat jelas dan nyata bukan kekuatan dari komunitas itu, apabila komunitas memiliki tujuan dan manfaat yang sedemikian besar kenapa harus membatasi anggota nya dengan alasan alasan yang bersifat diskriminatif? Hmmmm Entahlah....
Akan tetapi permasalahan bukan hanya sampai disana, saya juga menemuan sebuah kasus lagi (bukan sok tau ya... hehehe). Ada beberapa komunitas (lagi-lagi tidak berani menyebut banyak) yang dibentuk untuk tujuan pengembangan sebuah minat, tradisi, keterampilan, atau pun hobi dan sebagainya, dimana komunitas itu membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siapa pun untuk menjadi anggota akan tetapi komunitas tersebut tetap sepi kegiatan karena kurangnya anggota yang aktif (nah nah nah, kenapa lagi ya?)
tidak bisa di pungkiri sekarang ini masih ada komunitas yang telah terbentuk dan tidak melakukan kegiatan yang begitu berarti. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya promosi, atau kurangnya anggota atau memang kurangnya kreatifitas anggotanya. atau memang komunitas itu di anggap kurang menarik atau sudah "out of date" (udah gak jaman lagi ikut kegiatan yang begituan). ckckckck sayang sekali bukan? padahal saya yakin bahwa komunitas-komunitas yang "tenggelam" itu sebenarnya memiliki tujuan dan manfaat yang baik juga.
Imbas dari semua itu adalah ada beberapa komunitas yang sangat sulit ditemukan sekarang. benar tidak ya? (apa saya yang emang tidak gaul ya? hehehe)
kalau sekedar menemukannya juga susah apalagi mau bergabung di sana?
Referesi
Nuraini, Siti. 2010. Pengertian Komunitas.
http://syienaainie.blogspot.com/2010/11/komunitas.html. di upload pada
14 November 2010
pukul 18. 41 di akses pada 5 Juni 2012 puku 11.00
Soenarto, Soekamto. 2001. pengantar sosiologi. edisi ke-2. Lembaga Penerbit FE-UI : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar